Senin, 03 September 2018

Menguak Misteri Kapal Hantu SS Ourang Medan, Mayat Kaku dengan Mata Melotot Diduga karena Ini

BandarTogel - Keberadaan kapal hantu (ghost ship) SS Ourang Medan yang melegenda hingga saat ini masih menjadi misteri.

Ini edisi lengkapnya:

"All officers including captain are dead lying in chart-room and bridge. Possibly whole crew dead....I die.."

(Semua kru termasuk kapten mati tergeletak di chart room dan jembatan. Mungkin seluruh kru tewas.... Aku akan mati)

ITULAH morse SOS terakhir dari kru kapal bernama SS Ourang Medan, saat berlayar di perairan Selat Malaka, antara Juni 1947 atau pada Februari 1948.

SS Ourang Medan (Kapal Uap Ourang Medan), yang diperkirakan kapal kargo milik Belanda, akhirnya meledak di Selat Malaka bersama semua kru dan muatannya.

Kisah kapal misteri yang begitu melegenda (sehingga dimasukkan beberapa penulis sebagai satu dari 10 misteri kapal hantu yang belum terpecahkan), ternyata sangat asing bagi sejumlah sejarawan Sumut ataupun saksi mata yang hidup di era itu.

Selain itu, Konsulat Jenderal (Konjen) Belanda dan Konjen Amerika Serikat di Medan belum memberikan konfirmasi terkait kapal dan kargo misterius ini.
Memang orang asing lah yang paling banyak meneliti misteri SS Ourang Medan.

Sumber resmi pertama yang mengungkap insiden SS Ourang Medan adalah Proceedings of the Merchant Marine Council yang dipublikasi oleh United States Coast Guard (Panjaga Pantai AS), Mei 1952.

Lalu insiden kapal ini muncul di berbagai buku dan majalah, terutama Forteana, sebuah majalah yang awalnya didirikan dan diterbitkan oleh Charles Hoy Fort.

Ia adalah penulis sekaligus peneliti asal Amerika tentang kejadian-kejadian anomali atau fenomena-fenomena aneh dan misterius yang terkenal di zamannya. Majalah ini masih diterbitkan hingga kini.

Di majalah Forteana inilah, pelaut dan sekaligus penulis Inggris Roy Bainton, menurunkan investigasinya soal SS Ourang Medan selama bertahun-tahun, bertajuk A Cargo of Death, September 1999.

Mati Ketakutan

Mengingat kisah yang melegenda ini sangat asing bagi warga Sumut, Kami menurunkan secara lengkap dengan mengutip dari berbagai situs yang sudah lebih dulu melansir peristiwa tersebut.

Yang menjadi narasumber insiden SS Ourang Medan adalah kru kapal berbendera Silver Star yang mencoba menolong setelah menerima morse SOS.

Wikipedia menyebut para saksi mata menyebut kejadian itu, pada Juni 1947. Namun Gaddis dan catatan lainnya memperkirakan pada Februari 1948.

Ketidaksamaan waktu pada peristiwa ini akibat kebanyakan para saksi mata tak mencatat tepatnya kejadian tersebut hingga beberapa tahun kemudian.

Semua ini terjadi karena banyak awak kapal setelah kejadian tersebut yang enggan untuk mengungkapkan kembali kisahnya kepada kerabat karena takut dianggap "tak waras" pada masa itu.

Sebenarnya ada dua kapal Amerika yang sedang berada di Selat Malaka dan menerima morse SOS dari SS Ourang Medan, yaitu kapal City of Baltimore dan kapal Silver Star.

Pesan radio tersebut juga diterima beberapa kapal di sekitarnya.
Namun Silver Star yang berada paling dekat dengan kapal pengirim morse SOS.

All officers including captain are dead lying in chart-room and bridge. Possibly whole crew dead............ I die."

(Semua kru termasuk kapten mati tergeletak di chart room dan jembatan. Mungkin seluruh kru tewas.... Aku akan mati)

Kapal Silver Star langsung beralih halauan dan berusaha untuk menemukan koordinat SS Ourang Medan agar dapat memberikan bantuan.

Setelah kapal Silver Star menemukan koordinat SS Ourang Medan, mereka mendekati kapal itu.

Setelah kedua kapal bersampingan, kru Silver Star mulai meneriaki kapal Ourang Medan yang sudah terombang ambing di tengah ombak.

Kontak melalui radio dan klakson kapal juga mendapat respons dari awak SS Ourang Medan.
Kru Silver Star memutuskan bentuk sebuah tim kecil untuk usaha penyelamatan.

Setelah mereka berhasil naik ke geladak kapal, ternyata kapal itu sudah penuh dengan mayat-mayat kru kapal yang semuanya sudah kaku, seperti kedinginan dengan mata melotot seperti mati ketakutan.

Bahkan seekor anjing juga mati dengan keadaan yang sama, seperti kedinginan dan juga kaku dengan mata yang melotot.
Tim penyelamat berkeliling kapal dan berusaha untuk menemukan kru yang mungkin masih hidup.
Ketika mendekati mayat-mayat di ruang boiler, kru Silver Star menggigil kedinginan. Padahal kapal berada di perairan Indonesia, Selat Malaka, dekat Kota Medan dengan suhu sekitar sekitar 43 derajat Celsius.

Tim penyelamat memutuskan untuk menarik kapal Ourang Medan itu ke pelabuhan.

Seutas tambang besar di haluan SS Ourang Medan lalu disambungkan ke buritan kapal Silver Star.
Namun saat sebelum Ourang Medan ditarik, tiba-tiba terlihat asap mengepul dari lambung kapal misteri ini.

Dalam sekejap, api tiba-tiba membesar dari bagian kargo kapal Ourang Medan.
Tim penyelamat lari pontang-panting meninggalkan kapal yang sangat cepat terbakar hebat dan nyaris tidak punya waktu lagi untuk memotong tambang penarik kapal tersebut.

Semua tim berhasil kembali ke sekoci dan tali tambang yang menyambung ke SS Ourang Medan juga berhasil diputuskan.

Lalu SS Ourang Medan meledak dengan dahsyat di depan mata puluhan kru kapal Silver Star.

Kapal misteri dengan awak yang telah tewas mengenaskan itu tenggelam di Selat Malaka.

Semua kru dan tim penyelamat terheran-heran melihat begitu cepat api meluluh-lantakkan kapal itu dan diakhiri dengan ledakan sangat hebat.

Tidak ada investigasi lebih lanjut tentang peristiwa ini sampai penulis Inggris, Roy Bainton, menurunkan investigasinya soal SS Ourang Medan, bertajuk A Cargo of Death, di majalah Forteana, September 1999.

Hilang Jejak

Penelitian menunjukkan keberadaan kapal Silver Star benar- benar ada.

Kapal dibeli perusahaan pelayaran Grace Line pada 1947 dan namanya diganti jadi Santa Juana. Namun tidak ditemukan jejak yang mengarah ke kapal SS Medan Ourang.

Roy Bainton, merupakan orang yang paling gigih mencoba mengungkap misteri SS Ourang Medan.

Awalnya, Roy mencari informasi kapal misterius ini ke sumber- sumber formal seperti institusi yang meregister kapal-kapal komersil dunia seperti Lloyd's Shipping atau membuka Dictionary of Disasters at Sea, 1824-1962.

Ia juga menghubungi United Kingdom Admiralty, the Registrar of Shipping and Seamen, Museum Nasional Maritim di Greenwich, Inggris.

Awalnya, Roy mencari informasi kapal misterius ini ke sumber- sumber formal seperti institusi yang meregister kapal-kapal komersil dunia seperti Lloyd's Shipping atau membuka Dictionary of Disasters at Sea, 1824-1962.

Ia juga menghubungi United Kingdom Admiralty, the Registrar of Shipping and Seamen, Museum Nasional Maritim di Greenwich, Inggris.

Semuanya mengarahkan Bainton ke Badan Pelayaran Belanda dan Otoritas Maritim di Singapura. Namun Bainton harus gigit jari, tidak menemukan jejak SS Ourang Medan.

Ketika Bainton nyaris menyerah, tiba-tiba dirinya dihubungi Profesor Theodor Siersdorfer, dari Essen, Jerman, yang telah mengejar kasus ini dalam 50 tahun.

Bahkan Siersdorfer lah yang pertama mengungkapkan nama-nama dari dua kapal Amerika yang telah mendengar panggilan SOS Ourang Medan.

Siersdorfer juga mengarahkan Bainton membaca buku 32 halaman yang ditulis Otto Mielke pada 1954, berjudul Das Totenschiffin der Südsee atau "Kapal Kematian di Laut Selatan.''

Bahkan Mielke tahu banyak tentang spesifikasi kapal SS Ourang Medan, kargo, tonase, daya mesin dan bahkan nama kapten kapal misterius ini.

Dari buku Mielke inilah Bainton menduga SS Ourang Medan menyelundupkan zat sangat mematikan, potasium sianida dan nitrogliserin.

Dari buku Mielke inilah Bainton menduga SS Ourang Medan menyelundupkan zat sangat mematikan, potasium sianida dan nitrogliserin.

Bahkan lebih menakutkan, Bainton menduga SS Ourang Medan menyelundupkan gas saraf atau senjata biologi yang diproduksi ilmuwan jahat Jepang di Unit 731.

Unit 731 (kodenya Tongo Unit) beroperasi selama Perang Tiongkok-Jepang didirikan Shiro Ishii di Harbin, Tiongkok, pada 1932.

Setelah Jepang kalah, diperkirakan, Jenderal Douglas MacArthur, diam-diam diberikan kekebalan pada Ishii dan stafnya ditukar dengan penelitian senjata biologis mereka.

Mengapa bahan-bahan berbahaya dibawa kapal lambat seperti SS Medan Ourang, di saat ada pesawat yang bisa terbang langsung ke laboratorium rahasia?

Bainton berspekulasi bahwa mungkin pemerintah AS, atau kekuatan lain di dunia, memutuskan menggunakan kapal lambat yang masih digerakkan tenaga uap seperti SS Ourang Medan agar tidak mencolok, dan tidak menarik perhatian otoritas negara yang disinggahinya.

Bainton menduga air laut bisa memasuki palka kapal yang bereaksi dengan kargo berbahaya untuk melepaskan gas beracun, pemicu kematian tragis kru SS Ourang Medan.

Dengan alasan ini, maka Bainton menduga sangat wajar Amerika tidak mau mengungkap catatan sejarah yang jadi misteri ini.

Konsulat Kerajaan Belanda di Medan Mr Ony Hindra Kusuma belum berhasil dikonfirmasi langsung oleh Kami soal kepemilikan Belanda terhadap SS Ourang Medan.

Tiga kali Kami mendatangi Konsulat Kerajaan Belanda di Jl Cakrawati No 12 Desa Aur, Medan, namun belum berhasil bertemu Mr Ony yang menurut staf sedang berada di luar kota.

Staf di Konsulat Kerajaan Belanda di Medan, Sastro Situmorang mengatakan Mr Ony belum kembali dari luar kota.

"Sudah sampai ke beliau pertanyaannya. Tapi biasanya yang berhubungan langsung dengan sejarah dan kebudayaan biasanya data ada di Kedubes Belanda di Jakarta, kalau di sini (Medan) hanya berurusan visa," ujar Sastro kepada Kami,.

Sastro juga meminta Kami agar mengirimkan pertanyaan lewat email agar diteruskan ke Kedubes Belanda di Jakarta.

"Emailnya akan kami teruskan ke Jakarta. Tapi kami tidak janji apakah dijawab atau tidak," ujarnya.
Sebelumnya, Vonny dan Vina, staf Konsulat Kerajaan Belanda di Medan juga mengatakan Mr Ony sedang tugas ke luar kota.

Sastro sempat menyarankan Kami agar mengkonfirmasi terkait sejarah Belanda di Medan kepada Buiskool, owner restoran Omlandia di Namorambe.

Namun, Kami sudah mencoba mengkonfirmasi ke nomor telepon restoran yang di dapat lewat web restoran Omlandia, seorang wanita yang mengangkat telepon mengatakan Buiskool sudah keluar kantor.

"Nanti malam atau besok telepon saja lagi, langsung saja ditanyakan ke Pak Buiskool," ujar wanita itu dari ujung telepon, Rabu (25/9/2013) sore.

Buiskool menjawab email Kami, Jumat (26/9/2013).

''Thank you for the mail. I did not know about this story and read it now for the first time. I think the best way is to contact the maritime history department of Leiden University in the Netherlands. I see on the website of Leiden University that Prof. Dr. F.S. Gaastra is head of the department. I think you better write Prof Gaastra directly. He will certainly know about this story. Emailnya: f.s.gaastra@hum.leidenuniv.nl"

(Terima kasih telah menyurati saya. Aku tidak tahu tentang kisah ini dan baru ini membacanya untuk pertama kalinya. Saya pikir cara terbaik adalah dengan menghubungi Departemen Sejarah Maritim Universitas Leiden di Belanda. Saya lihat di website Universitas Leiden bahwa Prof Dr FS Gaastra adalah kepala departemen. Saya pikir Anda lebih baik menyurati Prof Gaastra. Dia pasti akan tahu tentang cerita ini. Emailnya: f.s.gaastra @ hum.leidenuniv.nl)

Terpisah, Konsulat Amerika di Medan, Mrs Kathryn Crockart juga belum berhasil ditemui Kami menanyakan kebenaran kepemilikan Amerika terhadap dua kapal, Baltimore dan Silver Star yang disebut dalam cerita sempat mendengar pesan dari Kapal SS Ourang Medan.

Staf Konsulat Amerika di Medan, Dian Lumbangaol, mengaku sudah meneruskan pertanyaan Kami kepada Konjen lewat email yang dikirim.

"Sudah saya teruskan pertanyaannya ke ibu. Tapi jangan terlalu berharap juga ya. Karena beliau kan belum bertugas di sini waktu itu. Data itu juga kan nggak bisa dicari dalam waktu singkat. Kalau nanti ada kabar saya hubungi. Don't worry," ujarnya kepada Tribun ditemui di Kantor Konjen Amerika di Medan.

0 komentar:

Posting Komentar