Senin, 16 September 2019

Misteri Pembunuhan Di Indonesia Yang Belum Terkuak

Bandar TogelMisteri Pembunuhan Di Indonesia Yang Belum Terkuak

Lotto03 **>Kasus-kasus misterius seperti orang hilang atau pembunuhan dengan pelaku yang belum jelas tak hanya terjadi di luar negeri saja, tapi juga di Indonesia. Meski sering terjadi kasus orang hilang dan pembunuhan di Indonesia, biasanya pelakunya bisa cepat tertangkap. Namun berbeda halnya dengan kasus-kasus ini, yang ternyata hingga kini belum diketahui siapa pelaku sebenarnya. Sahabat Lotto03 lovers, Berikut adalah kasus pembunuhan di Indonesia yang penuh misteri.

Penembak Misterius (Petrus) tahun 1982-1985

Petrus sebenarnya adalah operasi pada zaman Orde Baru atau pemerintahan Presiden Soeharto, di mana operasi itu melakukan penangkapan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap mengganggu keamanan dan ketentraman masyarakat,, khususnya di Jakarta dan Jawa Tengah. Pelakunya tak jelas dan tak pernah tertangkap, karena itu muncul istilah "petrus", atau singkatan dari penembak misterius.

Petrus sendiri kemungkinan berawal dari operasi penanggulangan kejahatan di Jakarta. Pada tahun 1982, Soeharto memberikan penghargaan kepada Kapolda Metro Jaya saat itu, Mayjen Pol Anton Soedjarwo, atas keberhasilannya membongkar perampokan yang meresahkan masyarakat. Setelah itu, Soeharto pun meminta ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, sekarang TNI) serta polisi untuk menekan angka angka kriminalitas dengan langkah yang efektif.

Permintaan itu mendapatkan dukungan dari Pangopkamtib Laksamana Soedomo melalui rapat koordinasi bersama Pangdam Jaya, Kapolri, Kapolda Metro Jaya dan Wagub DKI Jakarta yang berlangsung di Markas Kodam Metro Jaya 19 Januari 1983. Dalam rapat, diputuskan bahwa langkah efektif untuk memberantas kriminal tersebut adalah satu operasi yang disebut dengan Operasi Clurit. Operasi tersebut dilakukan di Jakarta, dan juga provinsi-provinsi lainnya.

Petrus pada awalnya beraksi secara rahasia, namun lambat laun aksi mereka seperti sebuah teror menakutkan bagi para preman di kota-kota besar. Pada tahun 1983, tercatat ada 532 orang tewas, 367 orang di antaranya tewas akibat luka tembakan. Pada tahun 1984 tercatat ada 107 orang tewas, 15 orang di antaranya tewas ditembak. Tahun 1985, tercatat ada 74 orang tewas, 28 di antaranya tewas ditembak. Para korban Petrus selalu ditemukan masyarakat dalam kondisi tangan dan lehernya terikat. Kebanyakan korban juga dimasukkan ke dalam karung yang ditinggal di pinggir jalan, di depan rumah, dibuang ke sungai, laut, hutan dan kebun.

Sampai sekarang, siapa pelaku penembakan atau pembunuhan terhadap preman-preman tersebut masih belum diketahui, apalagi ditangkap. Semua masih diselimuti misteri.

Kasus Widji Thukul

Widji Thukul, atau nama aslinya Widji Widodo, merupakan sastrawan dan juga aktivis hak asasi manusia yang kerap mengkritik Orde Baru, atau era pemerintahan Soeharto. Aktivis yang lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 26 Agustus 1963 ini selalu mengkritik pemerintah lewat karya-karya sastranya, terutama puisi. Sayangnya, 2 bulan sebelum rezim kediktaktoran Soeharto tumbang, pada tanggal 21 Mei 1998, dia dinyatakan hilang.

Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) menyatakan Thukul adalah korban dari rezim orde baru. Dia dihilangkan secara paksa terkait dengan aktivitas keseniannya. Pada Agustus 1996, Thukul pamit kepada istrinya, Sipon, untuk pergi bersembunyi. Sejak itu, ia mengembara dari satu kota ke kota lain, menghindar dari kejaran militer yang menganggap puisinya menghasut para aktivis untuk menentang rezim Soeharto. Namun, ia tak pernah pulang ke rumah.

Sampai hari ini, Thukul masih belum kembali. Bisa jadi dia hilang, atau sudah meninggal dunia. Para anggota Tim Mawar, sekelompok anggota Kopassus yang melakukan penculikan para aktivis pada tahun 1997-1998, dalam persidangan, mengaku tak membawa Thukul.

Siapa sebenarnya yang menculik Thukul? Apakah kini dia menjadi korban penculikan bahkan pembunuhan karena terlalu vokal mengkritik pemerintah pada masa Orde Baru? Tak ada yang tahu jawabannya. Sampai sekarang, kasus hilangnya Widji Thukul tetap menjadi salah satu misteri terbesar di Indonesia.

Kasus Udin

Udin, atau nama lengkapnya Fuad Muhammad Syafrudin, adalah seorang wartawan Harian Bernas di Yogyakarta yang tewas terbunuh oleh seseorang tidak dikenal. Udin memang dikenal seorang wartawan yang kritis terhadap kebijakan pemerintah Orde Baru dan militer. Mungkin saja, sama seperti Widji Thukul, Udin adalah korban dari rezim Orde Baru.

Diketahui, pada Selasa malam, tanggal 13 Agustus 1996, Udin kedatangan seorang tamu misterius, yang kemudian menganiaya dirinya. Dia pun terluka cukup parah, sampai akhirnya pada tanggal 16 Agustus 1996, Udin harus mengembuskan napas terakhirnya.

Kasus Udin menjadi gelap akibat hilangnya beberapa bukti penting dalam pengungkapan kasus kematian sang wartawan, dan juga terdapat beberapa orang yang dikambinghitamkan atas peristiwa kematian Udin. Yang bikin heboh adalah Kanit Reserse Polres Bantul pada saat itu, Serka Edy Wuryanto alias Franky, dilaporkan telah membuang barang bukti dengan membuang sampel darah Udin ke laut dan mengambil buku catatan Udin dengan dalih penyelidikan dan penyidikan.

Sementara itu, yang menjadi kambing hitam adalah seorang wanita bernama Tri Sumaryani. Tentu saja, dia bukan pelaku sebenarnya. Wanita itu mengaku ditawari dengan imbalan sejumlah uang untuk membuat pengakuan bahwa ia dan Udin telah melakukan hubungan gelap dan suaminyalah yang telah membunuh Udin.

Kambing hitam lainnya adalah seorang sopir Dymas Advertising Sleman bernama Dwi Sumaji alias Iwik. Dia pernah diculik dan dipaksa oleh Franky agar mengaku sebagai pembunuh Udin. Bahkan, Iwik juga dicekoki berbotol-botol minuman keras hingga mabuk dan disuguhi wanita penghibur dan diberi janji uang, pekerjaan yang layak serta jaminan hidup buat keluarganya. Namun, Iwik mencabut seluruh pengakuan dirinya yang menjadi pembunuh Udin dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh polisi, karena ia sebenarnya adalah korban rekayasa dan berada di bawah ancaman tekanan dan paksaan oleh Franky.

Hingga kini, para pelaku kejahatan pembunuhan terhadap sang wartawan yang kritis tersebut tidak pernah diketahui, dan tidak ada yang pernah ditangkap atau diadili ke meja hukum.

Kasus Munir

Kasus ini juga merupakan salah satu kasus paling misterius sepanjang sejarah Indonesia. Munir sendiri adalah seorang aktivis HAM Indonesia. Sebagai seorang aktivis, jelas Munir adalah seorang yang sangat aktif memperjuangkan hak-hak orang tertindas. Namun, Munir mendadak dikabarkan meninggal dunia di pesawat dalam perjalanan menuju Amsterdam, Belanda, pada tanggal 7 September 2004. Keluarga mendapat informasi dari media Belanda pada tanggal 11 November bahwa hasil otopsi Munir oleh Institut Forensik Belanda membuktikan bahwa Munir meninggal akibat racun arsenik dengan dosis yang fatal.

Namun terdapat keanehan pada jenazah Munir setelah dilakukan otopsi oleh pihak RS Dr. Soetomo, di mana kandungan arsenik yang ditemukan di dalam lambung Munir harusnya sudah hancur atau melarut. Hal itu melahirkan spekulasi jika kandungan arsenik dalam tubuh Munir baru dimasukkan ketika jenazahnya sudah di Indonesia.

Spekulasi tersebut juga diperkuat dengan permintaan mereka untuk menahan lebih lama organ tubuh Munir. Spontan ini juga menimbulkan indikasi bahwa hal itu dilakukan agar organ tubuh Munir bisa dipersiapkan agar benar-benar akan terkesan keracunan arsenik ketika diperiksa oleh pihak lain.

Tersangka yang dianggap paling kuat menjadi pelaku kasus ini adalah Pollycarpus. Pada tanggal 20 Desember 2005, Pollycarpus, yang merupakan pilot pesawat salah satu maskapai penerbangan di Indonesia, dijatuhi vonis 14 tahun hukuman penjara. Hakim menyatakan bahwa Pollycarpus, seorang pilot yang saat itu sedang cuti, menaruh arsenik di makanan Munir, karena dia ingin mendiamkan pengkritik pemerintah tersebut.

Hakim juga menyatakan bahwa sebelum pembunuhan, Pollycarpus menerima beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen intelijen senior, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut. Hanya saja, Pollycarpus kemudian dinyatakan bebas bersyarat pada tahun 2014, dan bebas murni tahun 2018 ini.

Hingga kini kasus tersebut belum bisa dibilang tuntas walaupun ada beberapa orang yang telah dijatuhi vonis oleh pengadilan. Suciwati selaku istri Munir tetap merasa tidak puas dan meminta pemerintah menuntut secara tuntas kasus kematian suaminya.

Kasus Antasari Azhar

Kasus yang terakhir ini mungkin masih segar berada di ingatan kita. Seperti yang kita tahu, Antasari Azhar adalah mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang kemudian harus dijatuhi hukuman penjara selama 18 tahun karena dituduh membunuh Nasrudin Zulkarnaen pada tanggal 15 Februari 2009.

Tanggal 14 Maret 2009, setelah bermain golf di Lapangan Golf Modern Land, Nasrudin dengan mobilnya bermaksud hendak berangkat ke kantor. Nasrudin duduk di jok belakang sebelah kiri. Setelah kurang lebih 5 menit kemudian, saat melewati polisi tidur, tiba-tiba mobil dipepet oleh motor, dan Nasrudin ditembak 2 kali di kepala oleh penumpang motor tersebut. Nasrudin akhirnya meninggal di rumah sakit.


Meski sudah mendekam di penjara sampai akhirnya bebas, ternyata diketahui bahwa pelaku sebenarnya dari kasus ini bukanlah Antasari Azhar, melainkan orang lain. Antasari mengaku pernah didatangi seorang teman. Teman itu memberikan sepucuk surat untuk Antasari. Namun dia tak mau menyebut identitas teman dekatnya itu.

Surat itu berisi kronologi bagaimana eksekutor pembunuh bos PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen, histeris karena salah sasaran. Dari kronologi cerita berdasarkan surat itu, Antasari mengatakan sebenarnya yang menjadi target adalah pejabat negara. Rupanya, tadinya yang dijadikan target adalah Antasari sendiri dan juga Nasrudin.

Setelah dua-duanya tewas, nantinya akan muncul di berita bahwa Antasari dan Nasrudin saling tembak karena cinta segitiga. Seperti diketahui, kasus ini juga melibatkan seorang caddy golf bernama Rani Juliani. Jelas, maksud dari surat itu adalah menjadikan Antasari sebagai korban, bukan pelaku. Pertanyaannya, siapa yang menjadi otak pembunuhan ini, jika tadinya Antasari merupakan sasaran penembakan?

Sayangnya, kasus ini seolah berhenti, sehingga siapa yang menjadi otak sebenarnya dari kasus ini masih misterius. 

Kasus-kasus di atas bisa jadi merupakan kasus besar di Indonesia yang paling misterius sepanjang sejarah, karena pelaku sebenarnya masih belum ditemukan. Semoga di waktu-waktu mendatang kasus-kasus tersebut akan menemui titik terang.

0 komentar:

Posting Komentar